Thursday, February 17, 2011

Beranda » Ponpes El-Suchary Purbalingga Protes Atas Pemberitaan Terduga ‘Teroris’ di Kompas.com

Ponpes El-Suchary Purbalingga Protes Atas Pemberitaan Terduga ‘Teroris’ di Kompas.com

Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfzhul Qur’an El-Suchary Purbalingga, Jawa Tengah, protes atas pemberitaan salah satu media berita online terkait dengan pemberitaan penangkapan terduga ”teroris” berinisial AZ.

Menurut Direktur Ponpes Tahfizhul Qur’an El-Suchary Purbalingga KH Ahmad Thoha Makhsun, terkait dengan pemberitaan situs kompas.com tertanggal 16-12-2012 dengan artikel berjudul “Terduga Pelaku Teror di Solo Ditangkap di Ponpes”, pihak Ponpes El-Suchary Purbalingga menyatakan protes dan keberatan, karena kejadian penangkapan bukan di Pesantren melainkan di luar pesantren.
”Berita dusta ini hanya diberitakan di kompas.com saja sedangkan media yang lain memberitakan kejadian sebenarnya bahwa penangkapan terjadi di luar pesantren,” ungkap KH Ahmad Thoha Makhsun dalam rilis yang dikirim ke redaksi salam-online, Senin (17/12/2012).

Ia melanjutkan, dengan menyebut penangkapan terjadi di pesantren, kompas.com telah menggiring opini publik untuk berpandangan negatif terhadap pesantren, khususnya Ponpes El-Suchary Purbalingga.

Selain itu, kata KH Thoha Makhsun, terduga AZ merupakan santri yang baru 2 bulan berada di pesantren El-Suchary.

”Dia ditangkap terkait dugaan peristiwa Solo yang terjadi jauh sebelum masuk pesantren kami,” imbuhnya. ”Kami tidak mengetahui bahwa santri kami tersebut menjadi target operasi Densus 88.”

Menurut KH Thoha Makhsun, pihaknya memastikan, tidak ada keterkaitan pesantren, yayasan, staf pengajar dengan penangkapan tersebut.

Ponpes El-Suchary, ujarnya, adalah sebuah lembaga yang sudah belasan tahun dikenal baik dan tidak bermasalah di semua instansi pemerintah serta masyarakat Purbalingga dan sekitarnya.

Karenanya, KH Thoha Makhsun menyatakan keberatan dengan pemberitaan yang cenderung tendensius, menyebarkan kebencian dan menyudutkan pesantrennya, sekalipun tidak menyebut nama pesantren.

“Kami berharap kompas.com bisa lebih proporsional, profesional, santun dan beradab dalam pemberitaan. Kami mendesak agar Kompas meralat kembali berita tersebut,” pintanya mengakhiri keterangan. (salam-online)