Monday, February 7, 2011

Beranda » Drama nyata sebuah keluarga suriah

Drama nyata sebuah keluarga suriah


Gadis kecil ini usianya blm genap 6 tahun, dia berbaring di atas sebuah kuburan yang tampak baru dan dg marah berusaha menggali kuburan itu dengan tangannya sambil menangis & berteriak "sudahlah & keluar sekarang, aku tak ingin bermain petak-umpet lagi, tolonglah keluar. " Adegan ini membuat saya larut dengan emosi & kesedihan. Dan begitu saya melangkah semakin dekat saya melihat ayahnya duduk di sisi lain kuburan lainnya. air mata mengalir diam-diam dari matanya saat ia menyaksikan putrinya.


Saya mencoba untuk menghentikan anak kecil itu dari tindakannya, tapi dia terus menggali saja & menangis. Aku bertanya kepada ayahnya mengapa ia melakukan hal ini. ia ceritakan kepada saya dg air mata yg terus mengalir dari matanya & rasa perih yang nyata dalam kata-katanya begitu menyentuh.

ia katakan: beberapa hari yang lalu anak laki2 saya (abang si anak kecil itu) ingin pergi ke luar, tetapi adiknya tidak ingin dia pergi. Dia memang sangat mengagumi abangnya. ia terus menghalamgi sang abang utk pergi dan akan mulai menangis setiap kali si abang mencoba pergi

Jadi abangnya terpaksa memuat trick sehingga ia bisa pergi keluar dan bertanya kpd adiknya apakah dia ingin bermain petak-umpet. sang adik senang & setuju untuk bermain. Mereka bermain bersama-sama untuk sementara waktu. si adik akan menutup matanya dan mulai menghitung saat si abang bersembunyi, dan ketika dia selesai dia akan datang mencarinya. Setelah beberapa waktu, abangnya mengambil kesempatan untuk meninggalkan rumah saat si adik memejamkan matanya dan mulai menghitung. Ketika ia selesai menghitung, ia membuka matanya dan mulai mencarinya tapi tidak berhasil.

Hanya beberapa saat kemudian, ponsel saya berdering & nama anak saya di layar menunjukkan bahwa ia menelepon. saya angkat telepon itu tapi suara laki2 lain yg berbicara di tengah latar belakang sangat bising, dan dia memberitahu saya bahwa anak saya telah syahid oleh seorang penembak jitu. Pemakaman berlangsung hari berikutnya dan putri saya menyaksikan jasad abangnya sedang ditandu oleh kaum laki-laki sambil terus memanggilnya, tapi tidak pernah dijawab.

putriku bertanya padaku: ayah, abang mau dibawa kemana?
Saya balik menjawab: Mereka membawanya supaya ia dapat bersembunyi sehingga kamu dapat melanjutkan permainanmu. ia berkata: Tapi aku tidak ingin bermain lagi! kemudian aku jawab: Sekali ini saja.

Saat sang abang sedang dikuburkan, ia meletakkan wajahnya di pangkuanku & menutup matanya, kemudian ia berbisik & mengatakan kepadaku: Ok biarkan dia bersembunyi sekarang.
Kami menempatkan dia dalam kuburnya, menaburi tanah di atasnya dan mendoakan pahala syahid kpdnya dan pulang ke rumah.

Sejak itu dia selalu meminta kami setiap hari untuk pergi ke kuburan karena dia tahu abangnya yang bersembunyi di sana, jadi kami pergi ke sana. ia selalu mengatakan: abang masih bersembunyi, galilah sendiri kuburan ini dan keluarlah. Sang ayah tersentak & hatiku terbakar pd kepedihan yg ia rasakan dan dia berkata: "Oh Tuhan, anak saya tidak keluar" dan ia melanjutkan untuk menangis sampai matanya berubah merah dan jenggotnya dipenuhi dengan air mata.

Aku meninggalkan mereka dan keluar pemakaman dan dalam hati sayaberbisik berulang pd diriku sendiri sambil menangis: kamu masih bersembunyi, bangkitlah sendir dan keluarlah!