Wednesday, February 2, 2011

Beranda » Berhala Sirius

Berhala Sirius

Sirius A dan Sirius B

Sirius adalah bintang sejati yang paling terang. Saya menggunakan istilah bintang sejati untuk membedakannya dengan obyek langit mirip bintang yang ternyata planet.

Magnitude Sirius sekitar -1.5 yang berarti lebih redup dari Merkurius (-1.9) tapi lebih terang daripada saturnus (0.7). Sirius terletak di rasi Canis Mayor (Anjing Besar) dan karena magnitudonya yang paling besar maka Sirius disimbolkan dengan aCMa alias alpha Canis Mayoris atau bintang paling terang di Canis Mayor. Sirius adalah bintang ganda.



Peradaban-peradaban masa lalu telah banyak mengenal Sirius, khususnya terkait musim dan navigasi. Mesir kuno mengenal Sirius sebagai pertanda musim banjir di sungai Nil. Mesir kuno juga mengenal menjadikan kemunculan pertama Sirius sebelum matahari terbit (heliacal rising) sebagai awal tahun. Yunani kuno mengenal Sirius sebagai pertanda datangnya dog days musim panas (yaitu hari terpanas selama musim panas). Bangsa-bangsa di pasifik mengenal Sirius sebagai alat navigasi di laut.

Peradaban masa lalu sering mengidentikkan sesuatu yang berguna untuk mereka (atau sesuatu yang menakjubkan) sebagai dewa. Misalnya mereka mengenal begitu bergunanya matahari (dan begitu menakjubkannya) untuk mereka sehingga mereka mengarang keberadaan dewa matahari.

Begitu pula dengan Sirius. Sirius begitu menakjubkan (menarik perhatian) dengan magnitudonya yang -1.5. Sirius begitu berguna untuk mengenal tanda-tanda musim. Orang Mesir Kuno mengenal kemunculan Sirius sebagai tanda datangnya banjir sungai Nil yang membawa kesuburan di lembah sungai Nil sehingga Sirius (disebut sebagai bintang Sothis) dijadikan dewa dengan nama Sopdet (lebih tepatnya dewi Sopdet) dan sering pula dikaitkan dengan dewi Isis. Di Yunani Kuno Sirius juga dijadikan dewa yaitu dewa Seirios atau dewa dog days.

Dewi Sopdet
Bahkan terdapat mitologi di Mesopotamia bahwa asal mula peradaban manusia bumi berasal dari tatasurya lain. Tatasurya itu kemungkinan tatasurya Vega atau Sirius.

Di India Kuno, Sirius dikenal sebagai dewa sukra, yaitu dewa hujan sebelum diciptakan dewa indra.

Jika pemujaan terhadap Sirius telah menyebar luas di Mesir Kuno dan Mesopotamia, maka tidak heran bila suku-suku Arab jaman dahulu (misalnya kabilah Qois) pun telah mengenal pemujaan terhadap Sirius.

Al Qur’an diturunkan untuk membasmi seluruh pemujaan kepada selain Alloh. Sirius sebagai salah satu berhala pada masa itu pun disebut secara eksplisit dalam Al Qur’an.

Dari ayat tersebut Alloh menegaskan bahwa Sirius hanyalah mahluk yang diciptakan dan dikuasai oleh Alloh. Sirius tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat kecuali atas izin Alloh. Oleh karenanya Sirius tidak berhak disembah. Hanya Allohlah yang pantas diibadahi.